Bayah – Pelabuhan Ratu, Via Cikotok

Berbekal motor pinjaman, kemarin akhirnya aku bisa merelasisasikan kebiasaan ku. Kebiasaan yang tidak lekang oleh waktu dan juga menyenangkan.

Aku menelusuri jalan yang berkelok, ditemani pemandangan indah di kiri dan kanan. Hawa yang dingin juga menyelimuti tubuhku. Tapi aku tidak peduli, yang penting aku senang dan tidak ada orang lain yang rugi karena aku.

Bayah ke Pelabuhan ratu berjarak kurang lebih 60an kilo. Jarak itu tercapai apabila melalui jalan yang umum dilewati oleh kendaraan umum. Yakni menyusuri pantai selatan Jawa, melewati Sawarna, kemudian naik ke arah bukit di kawasan cibareno, turun lagi bertemu dengan muara cisolok, hingga akhirnya sampai di Pelabuhan Ratu.

Tetapi, bukan itu yang aku inginkan. Aku menyukai hal hal yang asing. Yang baru. Yang membuatku berdebar-debar dan bersemangat. Aku menuju ke Pelabuhan ratu tidak melalui jalur umum tersebut. Aku menuju Pelabuhan Ratu melalui jalur Cikotok, Lalu ke Warunggunung, perbukitan Cisolok, hingga akhirnya sampai di Pelabuhan Ratu.

Jarak yang aku tempuh lebih jauh, yakni 90an kilo. Tetapi pemandangan yang ku temui di kiri, kanan dan depan jalan sangat menyenangkan. Jalan yang lumayan halus. Karena kendaraat berat jarang, sangat jarang melalui jalan ini. Hanya kendaraan seperti elf dan colt saja yang sering kutemui. Sisanya hanya motor motor dan mobil mobil keluarga semacam avanza, inova, dan lainnya.

Sementara, di kiri kanan adalah jurang. Ya jurang. Karena jalur ini adalah jalur perbukitan. Tetapi, jalur ini bukannya menjadi menyeramkan bagiku, tetapi justru menyenangkan. Hawa nya dingin, selain itu pemandangannya pun menyenangkan. Melihat bukit bukit hijau yang dilemuti kabut tipis dan tebal berwarna putih seakan menjadi misteri yang menarik pikirannku untuk menjelajah di sana, suatu hari nanti.

Aku berangkat pukul 09:00 dari Bayah, dan mendarat di Pelabuhan ratu pukul 12:00, hampir 3 jam perjalanan. Lebih lama memang karena apabila melalui jalur umum, ke Pelabuhan ratu hanya memerlukan waktu 1,5-2 jam saja.

Tetapi intinya aku puas. Karena jalur yang tidak umum, selama perjalanan aku pernah diliputi rasa pesimis, apakah jalur yang kulalui ini benar untuk mencapai ke pelabuhan ratu, atau justru aku berada di jalan yang salah.

Sama seperti dalam hidup. Ketika kita sedang berjalan menuju suatu tujuan, dalam perjalanan pasti ada pertanyaan, kapan kita sampai. Selain itu juga muncul pertanyaan, benarkan jalan yang kita tempuh ini? Jawabannya satu. Tetap ikutilah jalan yang telah disediakan itu. Dan apabila tersesat, jangan menyerah untuk kembali ke jalan yang benar. Juga jangan lupa bertanya kepada siapapun yang ditemui dalam perjalanan itu. Apakah benar jalan yang kita tempuh ini?

Tinggalkan komentar